Halaman

Imam Ali Ibn Abi Thalib as

Barangsiapa yang rindu kepada surga, dia akan berpaling dari tuntutan hawa nafsunya.
Barangsiapa yang takut api neraka, dia akan menjauhi hal-hal yang terlarang.
Barangsiapa yang zuhud (tidak rakus) terhadap dunia, dia akan menganggap ringan suatu musibah
Barangsiapa yang bersiap-siap menghadapi kematian, dia akan bersegera melakukan kebaikan

Search




Wednesday, February 3, 2010

Centurygate #2: Menurut Stafsus Presiden

Stafsus Presiden: Biang Keroknya Adalah Perintah JK
(Abdullah Mubarok)

INILAH.COM, Jakarta - Pada 25 November 2008, Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri memerintahkan Komjen Pol Susno Duadji sebagai kabareskrim Polri, untuk menangkap Robert Tantular.

Kapolri menginstruksikan penangkapan tersebut, karena Wakil Presiden Jusuf Kalla memintanya melalui telepon. Dalam hitungan jam, mantan pemegang saham Bank Century itu tertangkap di Jakarta.

Namun, tertangkapnya Robert justru mengaburkan persoalan masalah pengucuran duit 6,7 triliun untuk penyelamatan Bank Century. Sebab, di situlah Robert 'pasang badan'. Mengapa?

Menurut Staf khusus Kepresidenan, Andi Arief, penangkapan Robert Tantular itulah biang kerok masalahnya.

Sebab, saat itu Bank Indonesia sudah mengajukan permintaan cekal atas Robert dan manajemen Bank Century ke Departemen Keuangan.

Robert beserta keluarga langsung lari ke Singapura, tanggal 21 November 2008. Esok harinya, Robert kembali ke Tanah Air dengan niatan baik. Ia rela menyerahkan penyertaan modal 20 persen.

Tidak tanggung-tanggung, Robert ingin ikut mengungkap keberadaan Komisaris Bank Century, yaitu Hesyam al-Waraq dan pemegang saham pengendali Bank Century, Rafat Ali Risbi. Namun, Robert keburu diamankan polisi.

"Biang kerok dari persoalan ini adalah perintah Jusuf Kalla menangkap Robert. Terburu-buru dan emosional. JK tidak memikirkan dampaknya," ujar Andi Arief kepada INILAH.COM, Rabu (20/1).

Langkah JK, berbeda dengan yang dilakukan oleh Boediono dan Sri Mulyani untuk negara. Upaya Sri Mulyani waktu itu berusaha mengatasi gejolak krisis global pada tahun 2008.

Pemerintah melakukan hal terbaik untuk mengatasi krisis ekonomi yang terjadi ketika itu. Langkah-langkah antisipasi telah disiapkan.

Pemerintah merevisi target pertumbuhan ekonomi dari 6% pada 2009 menjadi 5,5% dan 5% bahkan sampai 4,7%. Selain itu, DPR didesak menyetujui kebijakan stimulus fiskal senilai Rp 71 triliun, sebagai kompensasi faktor eksternal yang melemahkan pertumbuhan ekonomi.

Strategi ini mendorong terjaganya kegiatan ekonomi di sektor riil yang ada di semua daerah. Jadi, ada penyerapan tenaga kerja di antaranya melalui pembangunan infrastruktur.

Hal yang sama dilakukan mantan Gubernur Bank Indonesia, Boediono. Dia juga berusaha keputusan menyelamatkan Bank Century, 21 November, karena arus modal keluar dari BI sangat besar dalam waktu cepat, kurs melonjak-lonjak, likuiditas kering, kemacetan pasar antar bank, dan rumor yang beredar. Boediono tidak ingin dunia perbankan jatuh.

"Boediono dan Sri Mulyani adalah pahlawan dalam penyelesaian krisis. Susno juga karena berhasil menyakinkan Budi Sampoerna agar tidak menarik seluruh uangnya di Century setelah bailout," tegas Andi Arief.[bar]

original source: http://pendek.in/00ulp

No comments:

Post a Comment

Subscribe

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner