Apakah Perempuan Itu Manusia?
Apakah perempuan itu manusia? Inilah sebuah
pertanyaan yang membingungkan orang Eropa dalam waktu yang lama. Mereka
berkumpul pada tahun 586 SM di Perancis untuk meneliti isu ini dan
menjawab pertanyaan tersebut. Kemudian mereka menyimpulkan—setelah
pertemuan, konsultasi, dan diskusi—bahwa perempuan diciptakan untuk
mengabdi kepada laki-laki, dan hal itu tidak terjadi kecuali 30 tahun
hingga Nabi saw. bangkit, dan mengatakan kepada dunia bahwa perempuan
adalah pasangan hidup laki-laki dan kehidupan dunia adalah perhiasan dan
perhiasan yang terbaik adalah wanita yang salihah (baik). Banyak ayat
Alquran dan hadis Nabi yang menghormati dan memuliakan perempuan serta
fungsi pentingnya di masyarakat.
Sebelum masa Nabi Muhammad, di India, wanita tidak punya hak untuk hidup setelah kematian suaminya, tapi harus ikut dengan kematian suaminya. Setelah masa Nabi Muhammad, wanita adalah pendamping lelaki.
Sebenarnya, saudara dan saudari sekalian, siapapun yang membaca jalan hidup (sirah)
Nabi akan mendapati bahwa peran perempuan dalam masyarakat pada saat
itu lebih besar dari pada peran perempuan pada masa sekarang. Perempuan
pada masa Nabi, berperan sebagai istri, ibu, pergi berperang, sebagai
dokter, memberikan pendapat umum soal agama (fatwa), juga memberikan
nasihat kepada hakim (dan penguasa). Oleh karena itu, banyak dari para
istri Nabi yang biasa memberikan saran dalam bidang politik dan sosial.
Sebelum masa Nabi Muhammad, di Yahudi, ketika wantia mengalami menstruasi (haid), lelaki tidak makan atau minum bersama mereka. Lelaki menjauhi wanita. Setelah masa Nabi Muhammad, Aisyah meriwayatkan, “Saya terbiasa minum dari gelas yang dipakai Nabi untuk minum… dan dia juga minum setelah saya ketika masa periode (haid).”
Saya jadi berpikir, apakah peran perempuan masa sekarang kembali ke masa sebelum Nabi Muhammad saw?
Sebelum masa Nabi Muhammad, bangsa Arab, membunuh perempuan adalah perbuatan mulia. Setelah masa Nabi Muhammad, kehidupan dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang salihah (baik).
Hari ini, saudara dan saudari sekalian,
masih ada para ayah yang memaksa putri mereka untuk menikah dengan pria
yang tidak ia inginkan. Pernah datang kepada Nabi, seorang wanita yang
mengeluh karena ayahnya memaksanya untuk menikahi pria yang tidak
disukainya. Kemudian Nabi memanggil ayah itu dan menyerahkan situasi
kepada pilihan wanita apakah setuju dengan tindakan ayahnya atau
membatalkan perkawinan. Kemudian wanita itu (semoga Allah rida
kepadanya) berkata, “Saya menerima apa yang ayah saya lakukan, tapi ini
semua bertujuan untuk membebaskan wanita bahwa sebenarnya seorang ayah
tidak berhak melakukan itu!”
Seorang suami memukul istrinya setiap 18 detik di Amerika Serikat.
Juga menjadi biasa dalam fenomena sosial,
khususnya bangsa Arab, adalah beberapa pria malu untuk menyebutkan nama
istri atau ibu mereka di depan teman-teman. Anda temukan mereka berkata,
“Zaujatî, Allâh yakrimak (Istri saya, semoga Allah memuliakan Anda)” atau, “Al-mar’ah, Allah ya’izzak
(Wanita itu, semoga Allah membesarkan Anda).” Kalimat ini sudah biasa.
Seolah-olah nama perempuan itu aurat yang harus ditutupi. Padahal dulu
Nabi ketika ditanya, “Siapa orang yang paling Anda cintai?” Beliau
mengatakan, “Aisyah.” Beliau tidak mengatakan, “Istri kedua saya,” atau,
“Ibunya anak-anak.”
Terungkap, 2 juta wanita telah dipukul di Perancis setiap tahunnya.
Saudariku, jika ada seseorang yang dianiaya,
apakah oleh ayahnya atau suaminya, kirimkan pesan kepada kami melalui
situs program ini. Kami berjanji akan menyampaikannya ke pemimpin
eksekutif Amnesty Commision and the Reform of Albin, Dr. Nassir Az-Zahrani. Komite ini diketuai oleh Pangeran Abdulmajid bin Abdulaziz.
Nabi Muhammad saw. bersabda, “Dengan maksud apa Anda memukul istri seperti memukul budak, kemudian tidur bersamanya pada malam hari?”
Tidak ada keraguan bahwa Islam memberikan
banyak hak bagi lelaki “terhadap perempuan”. Nabi bersabda, “Seandainya
saya memerintahkan seseorang untuk tunduk kepada orang lain, maka saya
akan perintahkan istri untuk tunduk terhadap suaminya, karena besarnya
hak suami terhadap istri.” Jadi tidak ada keraguan tentang ini dan tidak
ada yang menolak, tapi Islam tidak memberikan hak bagi lelaki untuk
bertindak zalim (tirani), menganiaya atau memukul istri dan putrinya.
Karena bagi putri, perempuan dan istri ada kehormatan Islam yang harus
kita hormati!
Di Inggris, 77 persen suami memukul istri karena tanpa sebab.
Rasulullah saw. bersabda, “Bermurah-hatilah terhadap qawarir (perempuan).” (Catatan: Nabi menggunakan kata qawarir yang
dalam bahasa Arab merujuk pada mereka yang memiliki kehalusan hati,
kebaikan, dan kelembutan). Salah seorang ulama mengatakan, “Benar bahwa
perempuan adalah sebagian dari lingkungan sosial, tapi ingat bahwa ia
adalah yang mengasuh sebagian yang lain. Maka wanita adalah keselurahan
kehidupan sosial.”
Saya yakin, saudara saudariku, bahwa negara
Islam tidak akan bangkit kecuali jika kita memberikan kepada perempuan
kemuliaannya, ketinggiannya, dan penghormatannya di lingkungan sosial,
baginya untuk menjadi seorang ibu yang memiliki martabat, yang
melahirkan bagi kita seseorang seperti Umar bin Abdulaziz, Shalahuddin
Al-Ayyubi, dan pria-pria lain yang tiada tandingnya.
Sumber: Khawâthir Syâb
merupakan acara yang pandu oleh Ahmad Asy-Syaqiri di televisi Arab
Saudi yang khusus mengupas kehidupan sehari-hari dunia Arab dan
ditayangkan pada bulan Ramadan.
Penerjemah: Ali Reza Al-Jufri © 2009
No comments:
Post a Comment